Tikachu's Weblog

Just another WordPress.com weblog

What We Call “CHANGE”

pada November 4, 2010

“Emas di lumpur pun tetap emas. Saat ada yang jeli menemukannya,orang-orang akan berebut padanya. No body’s perfect. Terus maju,untuk apa yang diyakini, selama itu baik”

Nice…really nice…

Banyak turbulensi akan muncul saat kita bersepakat untuk masuk dalam dunia perubahan. Pada awalnya, perubahan itu netral, tinggal kita jeli membawa arah perubahan itu menjadi arus positif atau negatif.

Dalam perubahan berlaku konsep Paretto, 20-80. 10% populasi merupakan ekstrem kanan, 10% adalah ekstrem kiri, dan 80% adalah floating mass yang berpotensi untuk masuk ke kanan atau ke kiri. Hal ini yang biasanya tak begitu jeli untuk dilihat, hingga pada akhirnya perubahan seakan-akan hanya kavling sekelompok kecil orang tanpa ada usaha untuk mempengaruhi kue besar yang potensial untuk dilahap :D.

Butuh keyakinan kuat dan konsep perubahan yang menyeluruh di awal, proses, dan akhir. Butuh fokus dan bisa berkomunikasi cantik dengan turbulensi yang muncul selama eksekusi. Butuh kesadaran yang nyata bahwa PERUBAHAN ITU BUTUH WAKTU. Tidak seperti mie instan, yang membuat cepat kenyang, tapi juga cepat lapar lagi. Gak sehat pula !

Bagaimana agar perubahan efektif dan meninggalkan sisa kebaikannya? Salah seorang rekanku yang sudah puluhan tahun berkecimpung dalam turbulensi perubahan mengusulkan hal sederhana: “Munculkan sinyal-sinyal positif untuk setiap komunikasi dan informasi yang diterima”. Maka perubahan positif pun akan mengiringi. Ingat juga sebuah hadits tentang perubahan.

Sebuah tips cantik yang sudah terbukti ampuh selama berabad-abad agar perubahan berjalan efektif. Mulai dengan tangan-lisan-hati. Tangan berarti kekuasaan, atau dalam konsep modern saat ini dikenal dengan pendekatan top down, dimulai dari level strategis. Ini sangat ampuh untuk lingkungan perubahan yang memiliki figur/tokoh yang disegani. Jika langkah “tangan” tak lagi berfungsi, lakukan dengan lisan. Alias berupa himbauan, ajakan, diskusi. Dan langkah terkecil (disebut terlemah dalam haditsnya) adalah dengan hati. Salah satunya dengan do’a atau harapan. Jika “hati” saja sudah tidak bergerak, indikasi bahwa bibit perubahan tak lagi menarik untuk diteruskan tumbuh. Hal lain yang tak kalah penting adalah treatment untuk perubahan yang harus tepat.

Pernyataan menarik dari rekanku yang lain:

Hal tersulit dalam perubahan adalah menentukan langkah perubahan. Untuk memberantas dua tikus dalam rumah, bukan berarti kita bumi hanguskan rumah itu. Untuk menghilangkan satu tumor kecil, bukan berarti implementasi kemoterapi. Dibutuhkan kecerdikan untuk melihat siapa dan dimana yang harus diubah

Setiap orang punya PR perubahan. Mulai dari hal kecil, sampai hal besar. Bukan masalah menang-kalah, tapi kuat atau tidak untuk bertahan.

Keep on moving and keep the spirit high


Tinggalkan komentar